Sabtu, 11 Desember 2010

laporan ilmu ukur tanah


I.       PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah , di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah.
Pengukuran adalah sebuah teknik pengambilan data yang dapat memberikan nilai panjang, tinggi dan arah relatif dari sebuah obyek ke obyek lainnya. Pengukuran terletak di antara ilmu geodesi dan ilmu pemetaan. Hasil penelitian geodesi dipakai sebagai dasar referensi pengukuran, kemudian hasil pengolahan data pengukuran adalah dasar dari pembuatan peta.
Sebelum suatu bidang tanah diukur, wajib dipasang dan ditetapkan tanda-tanda batasnya, setelah mendapat persetujuan dari pemilik tanah yang berbatasan langsung. Apabila sampai dilakukannya penetapan batas dan pengukuran bidang tanah tidak tercapai kesepakatan mengenai batas-batasnya (terjadi sengketa batas), maka ditetapkan batas sementara yang menurut kenyataannya merupakan batas bidang-bidang tanah yang bersangkutan. Kepada yang bersengketa diberitahukan agar menyelesaikannya melalui Pengadilan. Melalui pengikatan kepada titik-titik dasar orde 4, maka dilaksanakan pengukuran tanah bidang per bidang. Bidang-bidang tanah hasil pengukuran kemudian dipetakan dalam Peta Dasar Pendaftaran.
Untuk melakukan sebuah pengukuran diperlukan perencanaan dan persiapan terlebih dahulu agar hasil yang diperoleh dapat digunakan secara efektif dengan waktu, biaya dan tenaga pengukuran yang efisien. Pengukuran memerlukan alat ukur yaitu theodolite.
Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca.

B.     Tujuan Praktikum
Praktikum ilmu ukur tanah ini bertujuan :
1.      Agar mahasiswa mampu mengetahui dan mengoperasikan teodolite manual dan teodolite digital.
2.      Mengetahui hasil pengukuran pada suatu polygon.

C.    Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 30 juni 2010 pukul 07.00-11.00 WIB bertempat di depan gedung B fakultas pertanian universitas sebelas maret Surakarta.



II.    TINJAUAN PUSTAKA
A.    Ilmu Ukur Tanah
Survei atau pengukuran tanah adalah ilmu teknik dan akurat menentukan atau tiga-dimensi posisi terrestrial poin dan jarak dan sudut antara mereka. Titik-titik ini biasanya di permukaan bumi , dan mereka sering digunakan untuk menetapkan lahan peta dan batas-batas untuk kepemilikan atau tujuan pemerintah (Anonim, 2008).
Pengukuran bidang tanah dilaksanakan untuk menentukan : letak geografis, bentuk geometris, luas,  situasi bidang tanah untuk lampiran sertifikat, pembuatan peta pendaftaran dan selain itu untuk mendapatkan data ukuran bidang tanah sebagai unsur rekontruksi batas apabila karena sesuatu hal batas-batas bidang tanah tersebut hilang, dapat direkontruksi kembali pada posisi semula sesuai  batas yang telah ditetapkan (Anonim, 2010).
Pengukuran bidang tanah dapat dilakukan secara terestrial, fotogrametrik, atau metoda lainnya. Pengukuran terestris adalah pengukuran dengan menggunakan alat ukur theodolite berikut perlengkapannya seperti: pita ukur, baak ukur, electronic distance measurement (EDM), GPS receiver, dan lain sebagainya (Ban Botak, 2010).
Pengukuran bidang tanah secara sporadik adalah proses pemastian letak batas satu atau beberapa bidang tanah berdasarkan permohonan pemegang haknya atau calon pemegang hak baru yang letaknya saling berbatasan atau terpencar-pencar dalam satu desa/kelurahan dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah secara sporadik. (Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah) (Ekky Putra, 2009).
Gambar Ukur di dalam surat ukur harus sesuai dengan keadaan fisik di lapangan. Dan bila tidak sesuai dengan keadaan di lapangan itu berarti Sertifikat tidak sah. Di dalam pengukuran sebidang tanah atau beberapa bidang tanah, petugas ukur akan mengajak pemohon yang akan mensertifikatkan tanah dan juga akan mengundang tetangga (pemilik tanah yang bersebelahan) untuk menyaksikan pengukuran. (Asas Kontradiktur Delitimasi). Tujuan petugas ukur mengundang tetangga (pemilik tanah) yang berbatasan adalah untuk menunjukan batas-batas tanahnya agar tidak terjadi kesalahan dalam penetapan batas dan tidak salah dalam pengukuran (Alitawana, 2009).
Adapun pemetaan secara fotogrametrik adalah pemetaan melalui foto udara (periksa foto simulasi di atas). Hasil pemetaan secara fotogrametrik berupa peta foto tidak dapat langsung dijadikan dasar atau lampiran penerbitan Sertifikat Hak atas Tanah. Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat lepas dari referensi pengukuran secara terestris, mulai dari penetapan ground controls (titik dasar kontrol) hingga kepada pengukuran batas tanah. Batas-batas tanah yang diidentifikasi pada peta foto harus diukur di lapangan (Pinardimoelja, 1987).

B.     Teodolite
Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca. Sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi (Farrington, 1998).
Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila situs yang akan dipetakan luas dan atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama bila situs tersebut memiliki relief atau perbedaan ketinggian yang besar. Dengan menggunakan alat ini, keseluruhan kenampakan atau gejala akan dapat dipetakan dengan cepat dan efisien (Farrington, 1997).
Pengukuran-pengukuran dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan bayangan daripada keadaan lapangan, dengan menetukan tempat titik-titik di atas permukaan bumi terhadap satu sama lainnya. Untuk mendapatkan hubungan antara titik-titik itu, baik hubungan tegak lurua, mendatar diperlukan sudut-sudut yang harus diukur dengan menggunakan teodolite (Anonim, 2009).
Pada pengukuran terdapat dua jenis unsur pengukuran, yaitu jarak dan sudut. Selanjutnya unsur jarak dapat dibagi dua pula, yaitu unsur jarak mendatar (d) dan beda tinggi (∆h). Sedangkan unsur sudut dibagi menjadi sudut sudut horizontal, vertical dan sudut jurusan. Sudut ini berperan penting dalam kerangka dasar pemetaan yang datanya diperoleh dari lapangan dengan alat yang dirancang sedemikian rupa konstruksinya sesuai dengan ketelitian. Alat ini dikenal sebagai alat ukur ruang (Theodolit). Sedangkan untuk mengukur beda tinggi antara dua titik atau lebih dipermukaan bumi digunakan alat ukur penyipat datar (waterpass). Untuk pengukuran jarak dari suatu titik ke titik lain dapat digunakan pita ukur, waterpass dengan bantuan rambu ukur, atau dengan metoda Tachymetri (Darfis, Irwan. 1995).
Pengukuran sudut Azimuth dapat diukur dengan bantuan kompas yang ada pada pesawat theodolit (lihat gambar 8b.), metoda ini dapat dilakukan dengan cara memposisikan kompas pada arah utara magnetis, kemudian set 0 pada keadaan tersebut. Yang dibaca pada skala lingkaran mendatar adalah suatu sudut yang dinamakan azimuth, dan karena menggunakan ujung utara jarum magnit, dinamakan pula azimuth magnetis. Azimuth adalah suatu sudut yang dimulai dari arah utara, searah putaran jarum jam, dan diakhiri pada ujung obyektif garis bidik atau garis yang dimaksud, dan yang besarnya sama dengan angka pembacaan (Wongsotjitro, Soetomo. 1967).




III. ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA
A.    Alat
a.       Teodolite manual
b.      Teodolite digital
c.       GPS
d.      Meteran
e.       Senter
f.       Balok ukur
g.      Kompas
B.     Bahan
Lapangan depan gedung B fakultas pertanian UNS
C.    Cara Kerja
a.       Tempatkan alat ukur theodolite di atas titik kerangka dasar atau titik kerangka penolong dan atur sehingga alat siap untuk pengukuran, ukur dan catat tinggi alat di atas titik ini.
b.      Dirikan rambu di atas titik bidik dan tegakkan rambu dengan bantuan nivo kotak.
c.       Arahkan teropong ke rambu ukur sehingga bayangan tegak garis diafragma berimpit dengan garis tengah rambu. Kemudian kencangkan kunci gerakan mendatar teropong.
d.      Kendorkan kunci jarum magnet sehingga jarum bergerak bebas. Setelah jarum setimbang tidak bergerak, baca dan catat azimuth magnetis dari tempat alat ke titik bidik.
e.       Kencangkan kunci gerakan tegak teropong, kemudian baca bacaan benag tengah, atas dan bawah serta cata dalam buku ukur. Bila memungkinkan, atur bacaan benang tengah pada rambu di titik bidik setinggi alat, sehingga beda tinggi yang diperoleh sudah merupakan beda tinggi antara titik kerangka tempat berdiri alat dan titik detil yang dibidik




IV. HASIL PPENGAMATAN DAN ANALISIS HASIL PENGAMATAN
A.    Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 hasil pengamatan titik pada polygon tertutup
Lokasi
Koordinat
Tinggi tempat (mdpl)
Tinggi alat (h1) (cm)
Ca (cm)
Ct (cm)
Cb (cm)
L (cm)
H (cm)
I
07o33’39,7” LS
110o51’31,5”BT
131
148
93,80
93,00
206
190
173
3290.96
-42
II
07o33’39,7”LS
110o51’32,5”BT
110
149,5
90,00
0,33
151
142,5
135
1600
7
III
07o33’39,1”LS
110o51’32,4”BT
129
150
90,00
272,38
147
131
115
3200
19
IV
07o33’39,1”LS
110o51’31,3”BT
125
153
90,00
185,75
143
135
127
1600
18
Sumber : Laporan Sementara

B.     Analisis Hasil pengamatan
a.       Beda jarak (L)
·         Lokasi I
L  = 100 x (Ca-Cb) x sin2 93o
     = 100 x (206 – 173) x 0.997
     = 3290.96 cm
     = 32.91 m
·         Lokasi II
L  = 100 x (Ca-Cb)
     = 100 x (151-135)
     = 1600 cm
     = 16 m
·         Lokasi III
L  = 100 x (Ca-Cb)
     = 100 x (147-115)
     = 3200 cm
     = 32 m



·         Lokasi IV
L  = 100 x (Ca-Cb)
     = 100 x (143-127)
     = 1600 cm
     = 16 m
b.      Beda Tinggi (h)
·         Lokasi I
H = h1 – h2
       = 148 – 190
       = - 42 cm
       = - 0,42 m (maka tinggi titik lebih rendah daripada letak penembakan titik).
·         Lokasi II
H = h1 – h2
       = 149,5 – 142,5
       = 7 cm
  = 0,07 m
·         Lokasi III
H = h1 – h2
       = 150 – 131
       = 19 cm
  = 0,19 m
·         Lokasi IV
H = h1 – h2
       = 153 – 135
       = 18 cm
       = 0,18 m
c.       Analisis hasil pengamatan data pembanding
1.      Jarak Titik = (Ca-Cb) x 100
-          Titik 1 : (180-150) x 100 = 30 x 100 = 3000 cm = 30 m
-          Titik 2 : (139.75-122.75) x 100 = 17 x 100 = 1700 cm = 17 m
-          Titik 3 : (136.5-104.5) x 100 = 32 x 100 = 3200 cm = 32 m
-          Titik 4 : (124-108.75) x 100 = 15.25 x 100 = 1525 cm = 15.25 m
2.  Beda Tinggi = Tinggi alat-Ct
-          Titik 1 : 139.5 – 165 = 25.5 (-) Turun (cm)
-          Titik 2 : 138.5 – 131.5 = 7 (+) Naik (cm)
-          Titik 3 : 141.0 – 120.5 = 20.5 (+) Naik (cm)
-          Titik 4 : 133 – 116.5 = 16.5 (+) Naik (cm)
d.      Gambar Sketsa

















Gambar 1.1 gambar sketsa polygon kelompok 2
























Gambar 1.2 gambar sketsa polygon tertutup kelompok 4
V.    PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
A.    Pembahasan
Ilmu ukur tanah adalah ilmu pengetahuan dan teknik mengenai penentuan titik secara akurat titik dan lokasi pada permukaan bumi dan jarak serta sudut diantaranya (Wongsotjitro,1980).
Dalam bidang pertanian ilmu ukur tanah mempunyai banyak peranan yaitu untuk mengetahui kondisi tinggi rendahnya tanah pertanian, untuk mengetahui luas areal yang digunakan untuk kegiatan pertanian, untuk kegiatan pengaturan (pembangunan jaringan irigasi) dan pencegahan (pembuatan teras), untuk mendapatkan informasi situasi lahan yang kita kerjakan yaitu topografi (bentuk muka bumi) dan konturnya (penggambaran bentuk muka bumi), untuk perhitungan dan pemindahan tanah.
Hal pertama dalam penggunaan alat theodolit digital adalah mengatur posisinya sedemikian rupa hingga posisi alat rata. Keadaan ini ditandai dengan memposisikan gelembung air didalam water pass agar benar-benar berada di tengah tabung. Untuk mendapatkan keadaan tersebut, harus diatur dengan memposisikan tripod dan mengatur tuas pengatur yang ada pada theodolit. Setelah posisi theodolit sudah tepat, maka langkah selanjutnya adalah mencatat posisi penembakan (tinggi tempat, letak lintang dan bujur) dan menentukan arah utara magnetis dengan menggunakan kompas. Setelah ditentukan arah utara magnetisnya, maka theodolit diputar pada arah penembakan lalu mencatat sudut horizontal dan vertical yang tertera pada theodolit saat theodolit telah menghadap pada arah penembakan. Setelah semua siap, dilakukan penembakan dengan membaca angka pada balok ukur yang bertepatan dengan benang tipis pada lensa theodolit. Pengukuran dilakukan dengan langkah yang sama, berturut-turut pada 3 titik selanjutnya yang merupakan titik penempatan balok ukur saat pengukuran sebelumnya.
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan dengan menggunakan teodolit digital, maka diperoleh data besarnya jarak antar titik pada polygon tertutup adalah 32.91 m pada titik I dengan titik II, dengan beda tinggi antar titik pada polygon tertutup adalah sebagai berikut -42 m, pada titik I terhadap titik II yang berarti pada titik pemasangan teodolit pada titik I terletak lebih tinggi daripada titik II Karena pada titik I berada di ketinggian 131 dpl. Sedangkan pada kelompok satu hasil pengukuran jarak antara titik I dengan II adalah 30 cm dengan beda tinggi -25,5 cm. adanya perbedaan jarak titik dengan beda tinggi pada kelompok dua dengan kelompok empat dikarenakan perbedaan letak tinggi tripod dan pengaruh cahaya yang diterima oleh tripod, kedua hal tersebut menyebabkan perbedaan jarak dan beda tinggi sehingga rumus yang digunakan juga berbeda.
Jarak titik II dengan III adalah 16 m dengan beda tinggi titik II dan III adalah 7 cm, dengan ketinggian pada titik II terletak pada 110 dpl. Sedangkan pada kelompok dua jarak titik II dengan III adalah 17 cm dengan beda tinggi +7 cm. Perbedaan jarak antara titk II dan III adalah 1 cm, hal ini dikarenakan peletakan tongkat ukur yang digunakan untuk pembacaan menyebabkan jaraknya berbeda.
Jarak antara titik III dengan titik IV adalah 32 m dengan beda tinggi 19 cm karena pada titik III terletak pada ketinggian 129 dpl. Sedangkan pada kelompok dua diperoleh jarak antara titik III dengan IV adalah 32 m dengan beda tinggi 20,5 cm. Perbedaannya terletak pada beda tingginya, hal ini dikarenakan peletakan tinggi tripod yang menyebabkan letaknya dan juga masukan rumusnya juga menjadi berbeda.
Jarak antara titik IV dengan titik I adalah 16 m dengan beda tinggi 18 cm. sedangakan pada kelompok dua jarak antara titik IV dengan titik I adalah 15,25 m dengan beda tinggi 16,5 cm. Perbedaan ini dikarenakan peletakan tripod yang lebih rendah daripada peletakan tripod pada kelompok empat dan juga karena peletakan tongkat ukur yang lebih dekat daripada kelompok empat.
Kedua pengukurannya merupakan pengukuran polygon tertutup yang mengukur sebuah lapangan parkir yang terdapat didepan gedung B Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, maka diperlukan lebih dari satu titik yang kemudian dimulai dari satu titik tertentu dan diikat pada kedua ujung titik tersebut, dan seterusnya. Setelah membentuk suatu polygon tertentu maka titik terakhir diikat pada titik yang pertama sehingga menbentuk suatu polygon tertutup.
Perhitungan hasil pengukuran di lapang mempunyai beberapa kekurangan, diantaranya pada waktu pengukuran pengamatan harus teliti untuk mencapai hasil yang akurat, membutuhkan waktu yang lama untuk pemasangan alat sehingga perlu ketrampilan untuk menggunakan teodolit. Sedangkan kelebihannya adalah, ketelitian teodolit sangat akurat.

B.     Kesimpulan
Dari hasil praktikum ilmu Ukur Tanah dapat disimpulkan
a.       Pengukuran jarak pada polygon tertutup ditandai dengan bertemunya titik penembakan terakhir dengan titik penembakan pertama.
b.      Hasil pengukuran di lapang pada titik 1 mempunyai jarak 32,91 m dan beda tinggi -42 m, pada titik 2 mempunyai jarak 16 m dan beda tinggi 7 m. Pada titik 3 mempunyai jarak 32 m dan beda tinggi 19 m. pada titik 4 mempunyai jarak 16 m dan beda tinggi 18 m.
c.       Hubungan korelasi antara jarak pada peta dan jarak sebenarnya adalah jarak pada peta berbeda nyata terhadap jarak sebenarnya dan jarak sebenarnya berbeda tidak nyata terhadap jarak pada peta.
d.      Faktor-faktor yang mempengaruhi korelasi perhitungan adalah ketidak akuratan dalam pengamatan serta ketinggian tempat pada saat digitasi letak lokasi pengukuran.




DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Operator’s Manual Elektronic Digital Theodolit. Shokkisha CO. Ltd. Shibuya, Tokyo. diakses Tanggal 3 Juni 2010 pukul 16.00 WIB.
Anonim. 2009. Pengukuran Bidang Tanah. http://guidepost.blogspot/pengukuran-bidang-tanah.html/. Diakses tanggal 2 Juni 2010 pukul 18.00 WIB.
Anonim. 2010. Penuntun Praktikum Pengukuran Bidang Ilmu Ukur Tanah. http://sundana.wordpress.co.id/blogspot.bidangukur-tanah.html. diakses Tanggal 3 Juni 2010 pukul 16.00 WIB.
Ban Botak. 2010. Alat Pengukuran Tanah. http://banbotak6.blogspot.com/21-3-2010/alat-pengukuran-tanah.html. Diakses tanggal 29 Mei 2010 pukul 15.55 WIB.
Darfis, Irwan. 1995. Penuntun Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Faperta Universitas Andalas. Padang.
Farringto. 1997. Metode Pengukuran. http://kuliah6/IUT/membaca peta/htm. Diakses tanggal 3 Juni 2010 pukul 16.00 WIB.
Farringto. 1998. Pengukuran Tanah. http://kuliah6/IUT/membaca peta/htm. Diakses tanggal 3 Juni 2010 pukul 16.00 WIB.
Gabungan Asisten Survey. 2006. Petunjuk Pelaksanaan Praktikum Ilmu Ukur Tanah  I. Fakultas Teknik Universitas Andalas. Padang.
Pinardimoelja, 1987. Kartografi. http://parkhahelu/materi_GIS/html. Diakses tanggal 2 Juni 2010 pukul 18.00 WIB.
Wongsotjitro, Soetomo. 1967. Ilmu Ukur Tanah. Penerbit Swada. Jakarta.



1 komentar:

  1. The Casino - DrmCD
    The 군포 출장안마 Casino is an in-room entertainment 양산 출장마사지 venue at the Borgata Hotel 제주 출장안마 Casino & Spa, Atlantic City, NJ. The Casino's 경상남도 출장마사지 official web page 포천 출장안마 states: "The casino is

    BalasHapus